PastiUniks -
Kunang-kunang adalah binatang kecil yang di tubuhnya terdapat lampu. Di malam hari, tubuh kunang-kunang dapat mengeluarkan kerlap-kerlip cahaya, sehingga binatang ini mudah dikenali. Jenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari ini termasuk dalam keluarga kumbang dari ordo Coleoptera. Terdapat lebih dari 2000 spesies kunang-kunang yang tersebar di daerah tropis di seluruh dunia. Mereka dapat ditemukan di tempat-tempat lembab, seperti rawa-rawa dan daerah yang dipenuhi pepohonan. Di daerah lembab itulah kunang-kunang menemukan banyak sumber makanan untuk para larva.
Mengapa kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya? Lantas, bagaimana mereka dapat bertahan dengan panas yang ditimbulkan oleh cahayanya? Ternyata, cahaya yang mereka hasilkan adalah cahaya tanpa panas "Luminescence". Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96 persen. Luminescence pada tubuh kunang-kunang dihasilkan oleh suatu zat bernama Luciferin. Zat ini bergabung dengan oksigen untuk mengeluarkan cahaya. Ternyata, meski para ilmuwan dapat membuat jenis cahaya yang sama dengan yang dihasilkan oleh kunang-kunang, namun ilmuwan tetap harus mengambil beberapa unsur dari tubuh kunang-kunang. Karena para ahli kimia belum dapat membuat zat seperti itu, dan hal tersebut masih menjadi misteri alam hingga kini.
Pada kunang-kunang, cahaya mereka berfungsi untuk memberi peringatan tanda bahaya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga dapat mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memberi peringatan kepada hewan lain yang akan memangsa mereka agar tidak mendekat. Zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kunang-kunang meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah 3 sampai 4 minggu dan akan terus diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah kira-kira 1 - 2 minggu dari berakhirnya musim panas, larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian berubah menjadi kunang-kunang dewasa. Uniknya, hanya kunang-kunang jantan yang memiliki sayap, sementara yang betina menempel di dedaunan dan tanah.
Kunang-kunang memang memiliki sistem yang menakjubkan. Serangga ini memiliki organ dalam tubuhnya yang memancarkan cahaya berpendar. Organ berpendar pada kunang-kunang terdiri atas tiga lapisan, persis seperti lampu depan mobil. Sel-sel yang menghasilkan cahaya berada pada lapisan paling bawah. Sel-sel ini bertugas menghasilkan zat yang mudah terbakar. Zat ini bereaksi dengan oksigen dibawah kendali sebuah enzim. Akibat reaksi kimia ini, pertama-tama cahaya berpendar yang proses pembuatannya mirip seperti pada pabrik, diteruskan ke lapisan cekung terdekat, dan kemudian ke lapisan transparan bagian atas, dimana cahaya ini dipantulkan.
Kualitas sempurna dan tingkat produktivitas 98 persen dari cahaya berpendar ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti kunang-kunang. Bola lampu yang digunakan manusia untuk penerangan hanya mampu mengubah 5 persen dari energi yang diterimanya menjadi cahaya, sedangkan 95 persen sisanya terbuang dalam bentuk panas. Karena 95 persen panas yang dihasilkan inilah, kita tidak tahan menyentuh bola lampu yang sedang menyala. Akan tetapi, meskipun kunang-kunang dapat menghasilkan cahaya hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu. Namun faktanya, suhu tubuh kunang-kunang tidak naik karena cahaya mereka bersifat dingin. Manusia hanya mampu membuat cahaya dingin di laboratorium setelah melakukan serangkaian reaksi kimia.
By Geoff Gallice from Gainesville, FL, USA (Lightning bug) [CC-BY-2.0], via Wikimedia Commons
Makanan utama kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput kecil, cacing, dan serangga lainnya. Mereka merupakan jenis hewan pemangsa. Kunang-kunang keluar pada malam hari, namun ada juga kunang-kunang yang beraktivitas di siang hari. Mereka yang keluar siang hari ini umumnya tidak mengeluarkan cahaya. Hanya beberapa kunang-kunang yang mampu mengeluarkan cahaya bila berada di tempat gelap.Mengapa kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya? Lantas, bagaimana mereka dapat bertahan dengan panas yang ditimbulkan oleh cahayanya? Ternyata, cahaya yang mereka hasilkan adalah cahaya tanpa panas "Luminescence". Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96 persen. Luminescence pada tubuh kunang-kunang dihasilkan oleh suatu zat bernama Luciferin. Zat ini bergabung dengan oksigen untuk mengeluarkan cahaya. Ternyata, meski para ilmuwan dapat membuat jenis cahaya yang sama dengan yang dihasilkan oleh kunang-kunang, namun ilmuwan tetap harus mengambil beberapa unsur dari tubuh kunang-kunang. Karena para ahli kimia belum dapat membuat zat seperti itu, dan hal tersebut masih menjadi misteri alam hingga kini.
Pada kunang-kunang, cahaya mereka berfungsi untuk memberi peringatan tanda bahaya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga dapat mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memberi peringatan kepada hewan lain yang akan memangsa mereka agar tidak mendekat. Zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kunang-kunang meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah 3 sampai 4 minggu dan akan terus diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah kira-kira 1 - 2 minggu dari berakhirnya musim panas, larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian berubah menjadi kunang-kunang dewasa. Uniknya, hanya kunang-kunang jantan yang memiliki sayap, sementara yang betina menempel di dedaunan dan tanah.
Kunang-kunang memang memiliki sistem yang menakjubkan. Serangga ini memiliki organ dalam tubuhnya yang memancarkan cahaya berpendar. Organ berpendar pada kunang-kunang terdiri atas tiga lapisan, persis seperti lampu depan mobil. Sel-sel yang menghasilkan cahaya berada pada lapisan paling bawah. Sel-sel ini bertugas menghasilkan zat yang mudah terbakar. Zat ini bereaksi dengan oksigen dibawah kendali sebuah enzim. Akibat reaksi kimia ini, pertama-tama cahaya berpendar yang proses pembuatannya mirip seperti pada pabrik, diteruskan ke lapisan cekung terdekat, dan kemudian ke lapisan transparan bagian atas, dimana cahaya ini dipantulkan.
Kualitas sempurna dan tingkat produktivitas 98 persen dari cahaya berpendar ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti kunang-kunang. Bola lampu yang digunakan manusia untuk penerangan hanya mampu mengubah 5 persen dari energi yang diterimanya menjadi cahaya, sedangkan 95 persen sisanya terbuang dalam bentuk panas. Karena 95 persen panas yang dihasilkan inilah, kita tidak tahan menyentuh bola lampu yang sedang menyala. Akan tetapi, meskipun kunang-kunang dapat menghasilkan cahaya hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu. Namun faktanya, suhu tubuh kunang-kunang tidak naik karena cahaya mereka bersifat dingin. Manusia hanya mampu membuat cahaya dingin di laboratorium setelah melakukan serangkaian reaksi kimia.
No comments:
Post a Comment